TUGAS PENDIDIKAN AGAMA
“PENGERTIAN MANUSIA, SEJARAH
MANUSIA, DAN HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA”
OLEH :
NAMA :
LA ODE ALFIAN
STAMBUK :
A1A115 239
PENDIDIKAN EKONOMI KONS. PARIWISATA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
Topik I
Pengertian Manusia, Sejarah Manusia, dan Hakekat
Penciptaan Manusia
A.Pengertian Manusia
Ø Menurut
para ahli:
1.
Nicolaus
D. & A. Sudiarja “Manusia adalah bhineka, tetapi
tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena
jasmani dan rohani merupakan satu barang”
2.
Abineno J.
I “ Manusia adalah “tubuh yang berjiwa”
dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”
3.
Upanisads
“ Manusia adalah kombinasi dari
unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik”
4.
I Wayan
Watra “ Manusia adalah mahluk yang dinamis
dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa”
5.
Omar
Mohamad Al-Toumi Al-Syaibany “Manusia
adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia
dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan”.
6.
Erbe
Sentanu “Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya
ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang
paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain”
7.
Paula J. C
& Janet W. K “Manusia adalah mahluk terbuka, bebas
memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup
secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi
dengan berbagai kemungkinanan.
Ø Menurut agama Islam
Dalam Al-Quran
manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas,
al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak,
ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd
berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena
berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun dalam
Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling
mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Hasil peneliti Alquran yang telah
dilakukan, dapat ditarik kesimpuan bahwa manusia terdiri dari unsur-unsur:
jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.
B.Sejarah Manusia
Pemikiran
tentang adanya evolusi kehidupan didasarkan pada temuan adanya kemiripan
antarspesies makhluk hidup. Perbedaan yang sifatnya gradual sangat mungkin
disebabkan oleh seleksi alam. Alasannya, hanya keturunan yang mampu beradaptasi
dengan lingkungannya yang akan mampu bertahan. Walaupun demikian, generasi yang
telah beradaptasi dengan segala perubahan fisiknya tetap membawa sifat-sifat
pokok dari induknya.
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya
telah diatur dengan baik dan digambarkan dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput
olehNya, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa
Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global
bagi ilmu pengetahuan. Termasuk ilmu tentang bagaimana proses
pembentukkan manusia yang juga digambarkan sejelas-jelasnya
"Kitab (Al
Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib....." (QS. Al Baqarah (2) :
2-3)
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka
kita seharusnya tidak perlu berkecil hati menghadapi orang-orang yang
menyangkal kebenaran keterangan mengenai asal usul manusia. Hal ini dikarenakan
mereka tidak memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman
kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam pernyataan-pernyataan
yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah tersebut yaitu selalu
diawali dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dsb. Jadi sebenarnya para
ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.
Tahapan kejadian
manusia yang dijelaskan dalam Al-qur’an :
a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam
diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah
dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan
ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam
firman-Nya :
"Yang membuat
sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia
dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan
secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28
dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
"Sesunguhnya
manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR.
Bukhari)
b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang
diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan.
Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya
untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah
sati firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan
yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini
oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian
manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS.
An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
"Maka
sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian
manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan
perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk
yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan
perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian
semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping
dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara
medis.
Di dalam Al Qur’an
proses kejadian manusia secara biologis dijelaskan secara terperinci melalui
firman-Nya :
"Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian
Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah ,
Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Islam, memandang manusia sebagi mahluk
ciptaan Allah swt yang paling sempurna. Dia adalah mahluk pilihan yang “paling mulia kedudukannya dari pada
mahluk-mahluk lain” ciptaan Allah swt. Begitu banyak keistimewaan yang
dikaruniakan dalam diri manusia, mulai dari wujudnya yang paling indah
dibanding dengan mahluk Allah swt yang lain, sampai pada komponen penyusun
dalam diri manusia yang tidak yang menyamainya. Jadi disini sudah jelas manusia
itu bukan berasal dari monyet karena manusia itu mahluk ciptaan Allah swt yang
paling sempurna dan tidak ada yang menyerupainya.
Berdasarkan beberapa uraian dalil
al-qur’an di atas ternyata tidak ada yang menjelaskan bahwa manusia itu
diciptakan dari hasil evolusi seperti menurut Teori Darwin. Dengan kata lain,
Al-qur’an tidak mendukung gagasan bahwa manusia diciptakan memalui suatu proses
evolusi dari satu jenis ke jenis lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
manusia itu berasal dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka
dia menjadi hidup. Sama sekali jauh dari gambaran manusia si Darwin itu. Nenek
moyang manusia bukanlah monyet/kera. Manusia bukan hasil evolusi dari monyet, karena
manusia itu mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna dan tidak ada yang
menyerupainya. Antara manusia dan monyet tidak ada hubungan sama sekali, serta
masing-masing mempunyai jalan kehidupan sendiri-sendiri.
Allah
swt menciptakan manusia di dunia ini dengan sempurna dan segala potensi yang
sangat luar biasa. Pertama, potensi untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya,
seperti makan, minum dll. Kedua, potensi naluri untuk beribadah kepada sang
Khalik, mempertahankan diri dan melestarikan keturunan. Ketiga, potensi akal.
Dengan akal manusia dapat berfikir ketika hendak berbuat. Dengan akal pula
manusia akan mampu memecahkan uqdatul qubro (3 pertanyaan mendasar dalam
hidup), yaitu dari mana manusia berasal, untuk apa manusia diciptakan di dunia
dan akan kemana manusia setelah mati. Melalui proses berfikir yang cemerlang
manusia akan mampu menjawab manusia
berasal dari Allah yang menciptaannya, manusia hidup untuk beribadah kepada
Allah dan akan kembali kepada Allah. Namun, manusia juga sangat berpotensi
untuk melakukan kesalahan dan kerusakan ketika ia tidak mempergunakan akalnya
sesuai dengan perintah Allah swt.
C.Hakikat
Penciptaan Manusia
Yang membedakan manusia dengan
binatang adalah perasaannya terhadap hubungan waktu, peristiwa, dan
tujuan-tujuan, yaitu hubungan dengan keberadaan manusia itu sendiri beserta apa
yang berada di sekitarnya.
Ketika seseorang memiliki kejelian
memandang terhadap keberadaan undang-undang Tuhannya dan hubungan
peristiwa-peristiwa serta segala sesuatu dengan undang-undang ini, maka ia
tidak hidup untuk menghabiskan umurnya dari waktu ke waktu dan dari satu
peristiwa ke peristiwa lainnya begitu saja. Di dalam pikirannya ia selalu
menghubungkan masa-masa dan peristiwa-peristiwa itu dengan kehendak Allah, baik
itu saat masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Kemudian ia hubungkan
semua ini dengan alam semesta beserta undang-undang-NYA, dan setelah itu, ia
hubungkan dengan kekuasaan Allah yang Maha tinggi, yang menciptakan itu semua
dan mengaturnya, dan Ia tidak menciptakan itu semua, termasuk manusia di
dalamnya dengan sia-sia dan tanpa dimintai pertangung jawaban.
"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu
saja (tanpa pertanggung jawaban)? " (QS. Al –Qiyamah: 36)
Sentuhan ayat ini adalah salah satu
dari sentuhan ayat-ayat Al-Quran terhadap hati manusia supaya memikirkan dan memperhatikan
hubungan-hubungan, sebab-sebab dan tujuan-tujuan yang menghubungkan keberadaan
seluruh alam dan dirinya dengan kehendak yang mengatur segala sesuatu ini,
yaitu petunjuk tentang kejadiannya yang pertama.
“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya,
dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki
dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan
orang mati?”
Tidak ada tempat lari dari merasakan
adanya tangan halus yang mengatur dan memaduh nutfah yang ditumpahkan ke dalam
rahim itu dalam perjalanannya (prosesnya yang panjang), hingga sampai الله
menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan.
Di depan hakikat yang menetapkan
suatu kepastian terhadap perasaan manusia ini, datanglah kesan yang meliputi
segenap hakikat yang dibicarakan surat ini pada ayat penutupnya.
"Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula)
menghidupkan orang mati?" ( Al-Qiyamah: 40)
Mahasuci الله yang berkuasa untuk
menghidupkan orang-orang mati. Mahasuci Allah yang berkuasa menciptakan ulang
orang yang sudah mati. Manusia tidak dapat lagi bertindak kecuali bersikap
tunduk di hadapan hakikat yang menetapkan keberadaan dirinya. Demikianlah surat
ini ditutup dengan memberikan kesan yang kuat dan dalam, yang memenuhi dan
meluap di dalam perasaan, terhadap hakikat keberadaan manusia dan adanya
pengaturan dan kekuasaan di belakangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar