Senin, 21 September 2015

pengertiaan manusia



TUGAS PENDIDIKAN AGAMA
“PENGERTIAN MANUSIA, SEJARAH MANUSIA, DAN HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA”



OLEH :
NAMA                         : LA ODE ALFIAN
STAMBUK                 : A1A115 239

PENDIDIKAN EKONOMI KONS. PARIWISATA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015



Topik I
Pengertian Manusia, Sejarah Manusia, dan Hakekat Penciptaan Manusia

A.Pengertian Manusia

Ø  Menurut para ahli:
1.      Nicolaus D. & A. Sudiarja “Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang”
2.      Abineno J. I “ Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”
3.      Upanisads “ Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik”
4.      I Wayan Watra “ Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa”
5.      Omar Mohamad Al-Toumi Al-Syaibany “Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan”.
6.      Erbe Sentanu “Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain”
7.      Paula J. C & Janet W. K “Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.

Ø  Menurut agama Islam
     
      Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
      Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Hasil peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuan bahwa manusia terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh,  nafs, qalb, fikr, dan aqal.




B.Sejarah Manusia
            Pemikiran tentang adanya evolusi kehidupan didasarkan pada temuan adanya kemiripan antarspesies makhluk hidup. Perbedaan yang sifatnya gradual sangat mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Alasannya, hanya keturunan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang akan mampu bertahan. Walaupun demikian, generasi yang telah beradaptasi dengan segala perubahan fisiknya tetap membawa sifat-sifat pokok dari induknya.
       Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan. Termasuk ilmu tentang bagaimana proses pembentukkan manusia yang juga digambarkan sejelas-jelasnya
"Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib....." (QS. Al Baqarah (2) : 2-3)
       Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil hati menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran keterangan mengenai asal usul manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah tersebut yaitu selalu diawali dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dsb. Jadi sebenarnya para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.


Tahapan kejadian manusia yang dijelaskan dalam Al-qur’an :
a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
       Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
       Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)






b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
       Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)
       Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
       Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
       Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
       Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dijelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
       Islam, memandang manusia sebagi mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna. Dia adalah mahluk pilihan yang “paling mulia kedudukannya dari pada mahluk-mahluk lain” ciptaan Allah swt. Begitu banyak keistimewaan yang dikaruniakan dalam diri manusia, mulai dari wujudnya yang paling indah dibanding dengan mahluk Allah swt yang lain, sampai pada komponen penyusun dalam diri manusia yang tidak yang menyamainya. Jadi disini sudah jelas manusia itu bukan berasal dari monyet karena manusia itu mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna dan tidak ada yang menyerupainya.

       Berdasarkan beberapa uraian dalil al-qur’an di atas ternyata tidak ada yang menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan dari hasil evolusi seperti menurut Teori Darwin. Dengan kata lain, Al-qur’an tidak mendukung gagasan bahwa manusia diciptakan memalui suatu proses evolusi dari satu jenis ke jenis lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia itu berasal dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Sama sekali jauh dari gambaran manusia si Darwin itu. Nenek moyang manusia bukanlah monyet/kera. Manusia bukan hasil evolusi dari monyet, karena manusia itu mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna dan tidak ada yang menyerupainya. Antara manusia dan monyet tidak ada hubungan sama sekali, serta masing-masing mempunyai jalan kehidupan sendiri-sendiri.
     
           Allah swt menciptakan manusia di dunia ini dengan sempurna dan segala potensi yang sangat luar biasa. Pertama, potensi untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya, seperti makan, minum dll. Kedua, potensi naluri untuk beribadah kepada sang Khalik, mempertahankan diri dan melestarikan keturunan. Ketiga, potensi akal. Dengan akal manusia dapat berfikir ketika hendak berbuat. Dengan akal pula manusia akan mampu memecahkan uqdatul qubro (3 pertanyaan mendasar dalam hidup), yaitu dari mana manusia berasal, untuk apa manusia diciptakan di dunia dan akan kemana manusia setelah mati. Melalui proses berfikir yang cemerlang manusia akan mampu menjawab manusia berasal dari Allah yang menciptaannya, manusia hidup untuk beribadah kepada Allah dan akan kembali kepada Allah. Namun, manusia juga sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan dan kerusakan ketika ia tidak mempergunakan akalnya sesuai dengan perintah Allah swt.


C.Hakikat Penciptaan Manusia
Yang membedakan manusia dengan binatang adalah perasaannya terhadap hubungan waktu, peristiwa, dan tujuan-tujuan, yaitu hubungan dengan keberadaan manusia itu sendiri beserta apa yang berada di sekitarnya.

Ketika seseorang memiliki kejelian memandang terhadap keberadaan undang-undang Tuhannya dan hubungan peristiwa-peristiwa serta segala sesuatu dengan undang-undang ini, maka ia tidak hidup untuk menghabiskan umurnya dari waktu ke waktu dan dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya begitu saja. Di dalam pikirannya ia selalu menghubungkan masa-masa dan peristiwa-peristiwa itu dengan kehendak Allah, baik itu saat masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Kemudian ia hubungkan semua ini dengan alam semesta beserta undang-undang-NYA, dan setelah itu, ia hubungkan dengan kekuasaan Allah yang Maha tinggi, yang menciptakan itu semua dan mengaturnya, dan Ia tidak menciptakan itu semua, termasuk manusia di dalamnya dengan sia-sia dan tanpa dimintai pertangung jawaban.
"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? " (QS. Al –Qiyamah: 36)

Sentuhan ayat ini adalah salah satu dari sentuhan ayat-ayat Al-Quran terhadap hati manusia supaya memikirkan dan memperhatikan hubungan-hubungan, sebab-sebab dan tujuan-tujuan yang menghubungkan keberadaan seluruh alam dan dirinya dengan kehendak yang mengatur segala sesuatu ini, yaitu petunjuk tentang kejadiannya yang pertama.
“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?”

Tidak ada tempat lari dari merasakan adanya tangan halus yang mengatur dan memaduh nutfah yang ditumpahkan ke dalam rahim itu dalam perjalanannya (prosesnya yang panjang), hingga sampai الله menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan.

Di depan hakikat yang menetapkan suatu kepastian terhadap perasaan manusia ini, datanglah kesan yang meliputi segenap hakikat yang dibicarakan surat ini pada ayat penutupnya.
"Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?" ( Al-Qiyamah: 40)

Mahasuci الله yang berkuasa untuk menghidupkan orang-orang mati. Mahasuci Allah yang berkuasa menciptakan ulang orang yang sudah mati. Manusia tidak dapat lagi bertindak kecuali bersikap tunduk di hadapan hakikat yang menetapkan keberadaan dirinya. Demikianlah surat ini ditutup dengan memberikan kesan yang kuat dan dalam, yang memenuhi dan meluap di dalam perasaan, terhadap hakikat keberadaan manusia dan adanya pengaturan dan kekuasaan di belakangnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar